Metoda Pemberian Obat
1. Oral
Cara ini paling mudah, tidak nyeri dan dapat diandalkan. Kadang kadang kita harus memberikan obat peri-anestesia, misalnya obat anti hipertensi, obat penurun gula darah dan sebagainva. Sebagian besar obat diabsopsi oleh usus halus bagian atas. Beberapa obat dihancurkan oleh asam lambung. Pengosongan lambung yang terlambat akan menyebabkan terkumpulnya obat di lambung. Sebelum obat masuk sirkulasi sistemik, obat harus melewati sirkulasi portal dan apabila obat dimetabolisme oleWhepar efeknya akanberkur ang dan ini dikerial sebagai efek sirkulasi portal. Dengan sendirinya dosis oral harus lebih besar dari dosis intramuskular, contohnya petidin, dopamin, isoprenalin dan propanolol.
2. Lidah dan mukosa pipi
Absorpsi obat lewat lidah dan mukosa pipi akan menghindari efek sirkulasi portal. Obat jenis ini biasanya larut dalam lemak, fentanil lolipop untuk anak, buprenorfin.
3. Intramuskular
Metoda ini sangat populer dalam praktek anestesi, karena teknis mudah, relatif aman karena kadar plasma tidak mendadak tinggi. Keburukannya ialah absorpsi kadang-kadang di luar perkiraan, menimbulkan nyeri dibenci anak-anak dan beberapa obat bersifat iritan.
4. Subkutan
Metoda ini jarang digunakan dalam praktek anestesia.
5. Intravena
5.1. Bolus
Kekurangan cara ini ialah lajak takar (overdoses) sering terjadi, terutama pada obat-obat dengan indeks terapetik sempit. Setelah pemberian intravena dosis tidak dapat dikurangi. Rekomendasi penghasil obat dalam hal ini sering mengejutkan, bahwa obatnya harus diberikan secara intravena ddalam waktu sampai 1-2 menit.
5.2. Infus
Dengan infus obat dapat diberikan secara pelahan dengan laju tetap, misalnya pelumpuh otot, analgetika.
5.3. AKP (Analgesia Kendali Pasien)
Cara ini biasanya untuk mengendalikan nyeri pasca bedah dengan opioid dosis kecil.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar