Ini telah menjadi subjek yang penting dan tengah dilakukan sejumlah besar penelitian di bidang tersebut. Pada tahun 1997, World Cancer Research Fund bekerja sama dengan American Institute for Cancer Research, menerbitkan sebuah buku setebal 670 halaman yang berjudul Food, Nutrition and the Prevention of Cancer. Seperti yang bisa diduga, buku barn ini mengandung sejumlah besar informasi tentang vitamin antioksidan. Juga mengandung sejumlah besar rincian tentang efek diet yang rendah sayuran dan buah pada insidensi berbagai jenis kanker.
Sejauh berkaitan dengan vitamin C, sekarang telah ada bukti yang jelas bahwa orang dengan asupan vitamin C yang rendah — yaitu mereka yang tidak banyak makan sayuran dan buah — memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena berbagai bentuk kanker dibandingkan orang yang makan makanan yang mengandung vitamin C dalam jumlah normal. Berikut ini adalah ringkasan pendek dari penemuan tentang diet dan kanker yang berasal dari berbagai jenis penelitian:
- Resiko kanker mulut dan kerongkongan menurun dengan diet kaya buah dan sayuran.
- Resiko kanker tenggorok lebih rendah pada mereka yang banyak makan buah dan sayuran.
- Resiko kanker pada esofagus berkurang pada mereka yang dietnya kaya akan buah dan sayuran.
- Ada bukti yang meyakinkan bahwa diet kaya buah dan sayuran melindungi terhadap kanker paru.
- Lima percobaan tentang vitamin C menunjukkan adanya efek perlindungan yang menonjol dan kuat terhadap kanker paru.
- Diet kaya buah dan sayuran tampaknya memberi perlindungan terhadap kanker pankreas.
- Diet kaya sayuran mengurangi resiko kanker usus besar dan rektum.
- Diet kaya sayuran dan buah mengurangi resiko kanker payudara.
- Cara diet terbaik untuk menghindari kanker indung telur dan lapisan dalam rahim adalah memastikan asupan buah dan sayuran dalam jumlah besar.
- Diet kaya sayuran dan rendah lemak hewani menawarkan perlindungan terhadap kanker prostat.
- Diet kaya sayuran dan buah diperkirakan melindungi terhadap kanker kandung kemih.
- Belum ada bukti yang menyakinkan bahwa faktor diet dapat memengaruhi kanker leher rahim.
Sampai saat ini, baru sedikit bukti yang didapat dari percobaan tentang suplemen vitamin antioksidan. Sayangnya, pada sebagian besar percobaan ini digunakan suplemen kombinasi dan banyak di antaranya yang mengandung betakaroten, padahal kita sekarang tahu bahwa efek suplemen betakaroten lebih banyak bahayanya dibanding manfaatnya. Meskipun demikian, beberapa penelitian memunculkan hasil yang menyenangkan. Pada salah satu percoba-an, asupan vitamin E sebanyak 50 mg setiap hari dikaitkan dengan penurunan insidensi kanker prostat sebesar 34%, tetapi tidak berefek pada kanker paru. Sebuah percobaan di Italia terhadap suplemen vitamin C dan E menunjukkan adanya penurunan yang berarti dari polip prakanker di usus besar pada mereka yang memiliki faktor kecenderungan (predisposisi). Namun, percobaan lain menunjukkan bahwa pada keadaan ini, kedua vitamin tersebut tidak memberi perlindungan (poliposis keturunan). Leukoplakia mulut yang merupakan lesi awal kanker menghilang baik total maupun sebagian pada 65% dari mereka yang diberi suplemen vitamin E sebesar 400 mg dua kali sehari selama 24 minggu. Sebuah penelitian berskala besar mengenai kesehatan wanita yang meli-batkan 40.000 wanita Amerika melibatkan penggunaan suplemen vitamin E, tetapi percobaan ini masih belum selesai.
Sebagai akibat dari semua penelitian tersebut, sekarang ini pada umumnya para ahli berpendapat bahwa insidensi dari banyak kanker yang mengenai masyarakat Barat bisa dikurangi dengan perubahan diet. Sebagian besar bukti ini berasal dari hasil pengamatan tentang perbedaan dalam sejumlah kasus kanker dari berbagai jenis —pada populasi yang memiliki kebiasaan makan yang berbeda.
Selain vitamin antioksidan, diet masyarakat Barat mengandung sejumlah besar bahan yang berbeda-beda, dan pada bahan makanan pokok telah ditambahkan sejumlah besar bahan tambahan-bumbu, penyedap rasa, pemertajam rasa, pemanis, pengawet, pewarna, pengelmusi, pelarut, antioksidan, penstabil, penggumpal, anti-pembusaan dan sebagainya. Tentu saja semua ini telah diperiksa keamanannya, tetapi jumlahnya yang besar dan kemungkinan bahwa beberapa menimbulkan efek yang berbahaya pada yang lainnya, memunculkan masalah besar bagi pemerintah.
Saat ini barn sedikit substansi yang diketahui bisa menyebabkan kanker terdeteksi sebagai salah satu unsur makanan kita. Substansi ini disebut 'karsinogen'. Salah satu contohnya adalah alfatoksin, suatu racun yang diproduksi oleh jamur pencemar bahan makanan yang umum yaitu Aspergillus flavus. Aspergillus mudah tumbuh pada biji-bijian yang lembap dan kacangkacangan, dan merupakan pencemar kacang tanah yang paling umum. Jamur ini diyakini menyebabkan ribuan kasus kanker hati primer setiap tahunnya, di negara-negara di mana makanan disimpan dalam kondisi yang tidak memadai. Sebagian besar kasus terjadi pada orang yang hatinya sudah rusak akibat hepatitis B.
Bahan penyebab kanker lainnya antara lain:
- Nitrosamin, yang dihasilkan dari pemasakan yang terlalu matang atau pengasapan protein hewani, tetapi belum positif dikenali sebagai penyebab kanker pada manusia.
- Pengawet nitrat dan nitrit, yang bisa membentuk nitrosamin dari protein di dalam diet.
- Ikan asin, yang banyak dikonsumsi di Timur Jauh dan dipercaya mempunyai hubungan dengan perkembangan kanker di bagian belakang telinga.
- Suplir 'bracken' yang dikenali menyebabkan kanker pada he- wan dan populer dalam diet masyarakat Jepang serta dianggap berhubungan dengan kanker kerongkongan.
Pendapat bahwa kanker lambung disebabkan oleh makanan berempah; makanan yang bersifat asam, misalnya acar; air yang mengandung nitrat; dan iritan lain seperti konsentrasi alkohol yang tinggi di dalam minuman keras, masih belum terbukti.
Namun, insidensi kanker mulut dan lambung memang terbukti lebih tinggi pada peminum berat dibandingkan peminum tingkat menengah atau bukan peminum.
Kita juga tahu bahwa diet tinggi lemak dapat menimbulkan kanker pada hewan. Dewan Penelitian Nasional Amerika Serikat dalam laporannya yang dikeluarkan pada tahun 1982 dengan judul Diet, Nutrition and Cancer, menyebutkan bahwa hubungan antara lemak dalam diet dengan kanker pada manusia lebih kuat daripada bahan diet lainnya. Berdasarkan hal ini, mereka menganjurkan agar masyarakat mengurangi konsumsi lemak, baik jenuh maupun tidak jenuh. Bukti ini terutama terdiri atas kaitan yang kuat—di berbagai negara—antara jumlah kasus kanker, terutama payudara dan usus besar, dengan konsumsi lemak. Jumlah kasus meningkat sebanding dengan meningkatnya asupan lemak dan juga ditemukan meningkat pada para imigran di negara dengan asupan lemak yang tinggi dibandingkan di negara asalnya. Bagaimanapun juga, perlu diingat bahwa asupan lemak dalam jumlah tinggi hampir selalu disertai asupan serat yang rendah dan mungkin saja efek ini lebih disebabkan oleh diet rendah serat daripada diet tinggi lemak. Bukti tentang hubungan antara diet tinggi serat dengan insidensi kanker dan penyakit usus lainnya yang rendah, sangat kuat dan diterima luas.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar